Oleh : Ustadz Azirwan Mustaqim, ST
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumulloh…
Kenapa dalam
setiap pembuka kata selalu dimulai dengan ucapan hamdalah, dan puji-puijian
kepada Alloh? Khutbah Jum’at tidak sah
kalau tidak menyebut Alhamdulillah dan memuji Alloh, do’a tak akan sampai kalau
tak diawali dengan pujian kepada Alloh. Karena memang disetiap detak jantung
kita, disetiap detik hidup kita ini tak
pernah lepas dari nikmat Alloh SWT. Dan memuji Alloh adalah salah satu cara
bersyukur kepadaNya.
Mengapa kita
harus selalu bersyukur? Karena bersyukur kepada Alloh wajib hukumnya. Alloh
berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kamu kepadaKu niscaya
Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada Ku, dan Jangan kamu
mengingkari nikmat Ku!!”
Tegas dan
jelas Alloh perintahkan kita untuk bersyukur kepadaNya.
Lalu Diantara
hal yang membuat kita pandai bersyukur kepada Allah yaitu dengan merenungkan
bahwasanya nikmat Allah begitu banyak yang telah kita terima. Saking banyaknya,
dalam Alqur’an Alloh sampai katakan:
وَإِن
تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا
“Jika
kamu hendak menghitung nikmat Alloh, maka kamu tidak akan pernah sanggup
menghitungnya”
Bermacam-macam bentuk nikmat Alloh, ada nikmat zohir ada nikmat
batin, kata Alloh:
وَأَسْبَغَ
عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
“Dan Allah menyempurnakan nikmat
kepada kalian, nikmat yang dzahir dan nikmat yang batin.” (QS.
Luqman[31]: 20)
Nikmat zohir adalah
nikmat yang nampak secara fisik. Badan yang sehat, harta yang banyak, makanan yang
cukup, kekuasaan dan jabatan, orang tua yang masih ada, pasangan hidup,
anak-anak yang sehat, rumah tempat bernaung, tinggal di negara yang aman dan damai. Ini contoh nikmat yang zohir.
Ada pula
nikmat yang sering kita lupakan. Karena nikmat itu terus kita terima, sehingga
kita merasa sudah jadi hal yang biasa
dan kita abaikan.
Diantara nikmat-nikmat itu, kata Allah:
وَفِي
أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ ﴿٢١﴾
“Dan
pada diri kalian tidakkah kalian melihat?” (QS. Adz-Dzariyat[51]:
21)
Coba sesekali
perhatikan bentuk tubuh kita yang sempurna, dengan sistem dan anggota tubuh yang
lengkap.
Apa Bisa kita
hitung sehari Berapa kali tangan terayun? berapa kali kaki melangkah? berapa
kali kedipan mata, berapa kali detak jantung? Berapa banyak oksigen yang kita
hirup? Berapa liter darah yang dicuci buah pinggang. Berapa kata yang diucap
oleh lidah? Berapa yang didengar telinga? Dan berapa banyak yang dilihat oleh
mata?
Begitu banyak
nikmat yang ada pada diri kita saja sulit kita untuk menghitungnya, apalagi untuk
menghitung semua nikmat Alloh lainnya.
Lalu ada pula
nikmat batin, Nikmat yang tak terlihat secara fisik, tapi Nikmat ini lebih
utama dari semua nikmat, inilah nikmat yang paling besar dan paling berharga
diantara nikmat yang diberikan Alloh SWT. Yaitu nikmat Iman dan Islam.
Alloh
berfirman dalam Alqur’an:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada
hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”
Nikmat
terbesar yang diberikan Alloh kepada kita adalah agama yang sempurna yang
dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ.
Maka sebagai bentuk cinta dan syukur kita, kita bersholawat kepada Nabi “Allohumma
Solli ala sayyidina Muhammad”.
Namun
kenyataannya banyak diantara kita yang tidak sadar dan kurang mensyukuri nikmat
ini. Padahal Nikmat iman inilah yang akan menyelamatkan kita dari penderitaan
neraka jahannam yang kekal abadi menuju kenikmatan surga yang abadi pula.
اِنَّ الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka disediakan surga Firdaus menjadi tempat tinggalnya” (Al-Kahfi 107)
Kaum Muslimin jamaah jumat yg
dimuliakan Alloh.....
Lalu bagaimana cara kita mensyukuri nikmat
itu? Apakah cukup hanya dengan ucapan Alhamdulillah saja? Maka paling tidak ada
3 hal yang harus dilakukan untuk bersyukur kepada Alloh:
1. Mengakui dalam hati bahwa semua
nikmat itu dari Allah Ta’ala,
Meyakini dalam hati bahwa tak ada di dunia ini yang bisa
memberikan nikmat kecuali Alloh, apapun nikmat yang kita terima, itu datangnya
dari Alloh.
وَمَا
بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
“Kenikmatan apa saja yang kamu rasakan semuanya dari Allah” (QS. An-Nahl[16]: 53)
Sebesar apapun usaha kita, sekuat
apapun keinginan kita, hanya dengan izin Alloh lah bisa kita raih dan dapatkan.
Maka segala keberhasilan yang kita capai itu karena Alloh, harta yang kita
punya itu dari Alloh, badan yang sehat itu pemberian Alloh. Pangkat dan jabatan
itu atas izin Alloh. Kalau yang demikian itu sudah tertanam kuat dalam hati,
maka ketika nikmat itu banyak kita tidak akan sombong, ketika sedikit kita
tidak sedih dan ketika tidak ada kita tidak akan kecewa dan putus asa. Karena
itulah ketentuan Alloh, dan Alloh maha tahu yang terbaik.
2.
Mengungkapkan rasa syukur dengan memuji Allah
dengan
mengucapkan Alhamdulillah, subhanalloh, Allohuakbar. Perbanyak menyebut nama
Alloh, memuji Allah dan Mengagungkan asma Alloh.
3. Menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah
Ini adalah bentuk syukur
yang paling tampak secara nyata. Selagi nikmat itu masih ada, maka
pergunakanlah nikmat untuk kebaikan.
Diberi Alloh nikmat harta maka
gunakan untuk infak sedekah, menolong orang lain, membantu fakir miskin dan
anak yatim.
Mumpung masih berkuasa, masih punya
pengaruh, maka pergunakan untuk menolong agama Alloh, bangun sekolah-sekolah
agama, bantu pembangunan masjid, bantu guru-guru ngaji, guru MDA. Diberi Alloh
Nikmat mata yang masih terang memandang, maka pergunakan untuk banyak membaca
Alqur’an.
Selagi telinga masih jelas mendengar,
maka pergunakanlah untuk mendengar wirid pengajian, mendengar ceramah, menambah
ilmu agama. Mumpung kaki masih kuat dan badan masih sehat, pergunakan utk melangkah
ke masjid melaksanakan sholat berjamaah.
Maka salah satu tanda orang yang bersyukur
itu adalah banyak beribadah kepada Alloh.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam shalat sunat sampai kaki beliau bengkak. Ketika ditanya oleh ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘Anha: “Ya Rasulullah, kenapa engkau shalat sampai demikian?” Maka
Nabi menjawab:
أَفَلَا
أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
“Bukankah aku semestinya menjadi hamba yang
bersyukur”
Nabi saja yang sudah dijamin Alloh masuk surga, sedemikiannya
beribadah kepada Alloh sebagai bentuk syukurnya. Lalu bagaimana dengan kita?
Maka kita tak mampu seperti Nabi, karena kita hanya
manusia biasa. Maka paling tidak lakukanlah apa-apa yang wajib yang Alloh
perintahkan dan tinggalkan apa-apa yang haram yang Alloh larang, sebagai bentuk kecil rasa syukur kita
kepadaNya. Kalau itu tak juga bisa kita lakukan, maka sungguh betapa hina dan
rendahnya kita. Karena binatang saja masih tau berterima kasih dan patuh kepada
tuannya. Meskipun yang diterimanya hanyalah sampah dan sisa-sisa. Tapi kita
manusia diberikan nikmat terbaik oleh Alloh yang tak terhitung jumlahnya
Kaum Muslimin
Rahimakumulloh....
Semua orang
di dunia ini pasti ingin bahagia hidupnya. Semua manusia pasti mendambakan
kebahagiaan, tapi sayangnya kebanyakan manusia menyangka standar kebahagiaan
itu hanyalah harta, kekayaan,
popularitas, kekuasaan dan jabatan.
Padahal tidak
selamanya harta akan mendatangkan kebahagiaan, karena banyak juga orang kaya yang
gelisah dan tak tenang hidupnya, bahkan tak bisa nyenyak tidurnya.
Tak selamanya
popularitas mendatangkan kebahagiaan, karena banyak juga orang yang terkenal
itu yang tak tenang hidupnya, tak bahagia rumah tangganya.
Begitu pula
pangkat Jabatan, tak selamanya menjamin
mendatangkan kebahagiaan, karena banyak juga para pejabat yang tertangkap
korupsi mencuri uang rakyat, itu tandanya jabatannya belum cukup membuatnya
bahagia.
Maka
sebenarnya hakikat kebahagiaan itu adalah tenangnya hati dan lapangnya dada.
Meskipun di dunia engkau tidak memiliki harta yang banyak, tidak memiliki
kemewahan, terkadang dari pandangan orang engkau serba kekurangan, tapi dengan
ketaqwaan, keimanan dan rasa syukur kepada Allah, maka Alloh berikan
kebahagiaan, ketentraman dan ketenangan dalam hatimu.
هُوَ
الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ
“Dialah yang
menurunkan ketenangan di hati orang yang beriman”
Maka
ketenangan dan kebahagiaan itu hanya akan didapat ketika orang itu pandai
bersyukur kepada Alloh swt.
Merenung sejenak, mengingat betapa
banyaknya nikmat Alloh, dan berapa yang baru bisa kita syukuri? Karena Alloh
ta’ala berfirman”
لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ
“Kelak pada
hari itu kamu akan ditanya tentang semua nikmat yg pernah kamu terima”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar