Sabtu, 15 Februari 2025

Khutbah Jum'at : Jangan Sampai Hati Itu Mati


Kaum muslimin jamaah jumat rahimakumulloh..

Manusia diberikan Allah bekal 3 alat untuk menangkap kebenaran, Innassam’a (pendengaran).  Walbashor (penglihatan), Walfuad (hati dan pikiran). Ketiga-tiganya ini nanti akan ditanya dihadapan Allah SWT.

اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, hati dan pikiran,  semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al-Isra’ : 36)

Maka laki-laki yang baligh berakal, tidak dalam keadaan sakit atau musafir, dia mesti wajib mendengarkan khutbah Jum’at sekali sepekan.

مَنْ تَرَكَ الجُمُعَةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِه

“Siapa meninggalkan shalat Jumat tiga kali karena meremehkan, niscaya Allah menutup hatinya,” (HR At-Turmudzi, At-Thabarani)

Kenapa ujung hadits ini yang disebut hati? karena berawal dari pendengaran. 3 kali tak mau Mendengar khutbah Jum’at, dikunci pintu hatinya. maka hati yang terkunci itu berawal dari telinga yang tak mau mendengar.

Semuanya dalam Islam ini adalah hati,

وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ

وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

“Di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari Muslim)

 

Maka azab yang paling besar, laknat yang paling mengerikan bukan sakit, karena boleh jadi dengan sakit itu dosa diampuni, boleh jadi dengan sakit dapat pahala sabar. Laknat terbesar adalah ketika pintu hati sudah terkunci.

Maka dalam Al-qur’an Allah katakan:     صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ

(Tuli, bisu, buta) akibat dari apa? Karena hati sudah terkunci.

Maka mungkin kita sering heran melihat orang yang tak ada sedikitpun takutnya berbuat dosa, kita heran melihat orang yang sulit sekali mendapat hidayah. Sekuat apapun speaker masjid panggilan suara azan itu tak juga membuatnya datang ke masjid.

Karena pintu hatinya sudah terkunci. Tak lagi masuk suara azan itu ke telinganya.  

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Karena pintu hatinya sudah tertutup. Dan itulah awal dari azab Allah.

Maka di Hari Jum’at yang penuh berkah ini kita disuruh datang ke masjid mendengarkan khutbah, mendengarkan wasiat taqwa. Tujuannya adalah untuk menghidupkan hati, supaya hati tidak terkunci..

Kalau mata tugasnya untuk melihat, telinga untuk mendengar, maka hati tugasnya adalah untuk merasa. Pandai-pandai merasakan perasaan orang lain.

Maka ketika orang sudah mengaku beriman, apa tandanya? Hatinya mudah merasakan perasaan orang lain. Maka puncak iman dalam Islam adalah:

لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ، حتَّى يُحِبَّ لأخِيهِ ما يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)

Kalau saudara kita itu lapar, maka kitapun merasakan yang sama. Kalau makanan itu terasa enak lewat ditenggorokan kita, maka kitapun ingin saudara kita merasakan yang sama. Kalau kita senang mendapatkan sesuatu, maka kitapun ingin saudara kita mendapatkan hal yang sama.

Itulah yang dimaksud mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri. Baik saudara kandung, maupun saudara seiman.

Suatu kisah seorang perempuan tunasusila sedang lewat di sebuah sumur tempat air minum, lalu dia singgah di sumur itu untuk mengambil air minum, dan ternyata disitu dia lihat ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan, dia tak bisa minum karena airnya jauh ke dalam sumur. Tersentuh hati perempuan itu melihat anjing yang sedang kehausan, maka dia ambil air dalam sumur itu dengan sepatu botnya dia berikan kepada anjing itu. Maka ketiga makhluk ini semuanya kotor, perempuan ini kotor, seorang tunasusila (pezina), anjing itupun kotor najis, dan air yang dibawakan dalam sepatunya juga kotor. Tapi kata Nabi, perempuan itu diampuni dosanya oleh Allah dan dimasukkan ke surga. Kenapa? Apa amal dia?

Amalnya adalah amal hati, merasakan perasaan makhluk Allah. Kisah ini diceritakan oleh Nabi Muhammad terjadi pada zaman bani israel. hadits ini shahih riwayat imam Bukhari dan Muslim, dan ada dalam kitab Riyadusshalihin hadits no 126.

Sahabat yang mendengar hadits ini lalu bertanya, “Ya Rasulullah apakah perbuatan baik kepada binatang juga ada pahalanya?”

Maka Nabi menjawab:

فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Setiap perbuatan baik pada hati yang basah bernilai pahala”

Hati yang basah maksudnya adalah setiap makhluk hidup.

Kalau merasakan perasaan hewan saja pun dapat pahala, bagaimana dengan merasakan perasaan manusia, merasakan perasaan saudara? Maka itulah puncaknya iman.

Kaum muslimin jamaah jumat rahimakumulloh..

Yang menjadi persoalan dalam agama kita Hari ini bukanlah kekurangan orang yang sholat di masjid, meskipun tak selalu penuh masjid ini, tapi Alhamdulillah selalu ada jamaahnya.

Hari ini kita tidak kekurangan jamaah haji dan umroh, jamaah haji sampai antri menunggu 20 tahun. Jamaah umroh setiap hari penuh bandara ada saja yang berangkat umroh. Hari ini kita tidak kekurangan jamaah zikir, maulid nabi, isra’ mi’raj tabligh akbar, ramai.

Tapi yang menjadi persoalan dalam agama kita hari ini adalah kita sedang krisis kekurangan orang yang pandai merasakan perasaan orang lain. Kita kekurangan orang yang mau peduli kepada orang lain.

Kalau ada orang yang mengaku beriman, merasa yang penting saya sudah sholat, yang penting saya sudah puasa, yang penting saya tahajjud malam, yang penting saya sudah haji, yg penting saya sudah umroh setahun 2 kali.

Tapi terhadap tetangganya yang tak makan dia tak peduli, ada orang yang susah hidupnya dia tak mau tau, ada anak yatim yang tak bisa sekolah bukan urusan dia. Maka kata Nabi:

 لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ

Engkau belum beriman, Karena hatimu belum pandai merasakan perasaan orang lain.

Kalau ada orang yang mengaku beriman, sudah sholat, sudah puasa, sudah zakat, sudah haji. Tapi ketika melihat saudaranya mendapat nikmat dia merasa seperti mendapat musibah, ketika melihat saudaranya senang bahagia justru dia merasa sedih dan berduka.

Maka kata Nabi:

لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ  

Kamu belum beriman. Karena hatimu belum pandai merasakan perasaan orang lain.

Maka apa tandanya hati pandai merasa? Senang melihat orang senang, susah melihat orang susah. Bukan sebaliknya. Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang.

Maka itulah perlunya kita selalu mengasah hati, bagaimana supaya menghidupkan rasa itu. Diantaranya ada 3 cara :

1.       Tafakkaru sa’ah (berfikir/merenung sejenak)

Waqfah ma’annafsi (sejenak bersama jiwa) banyak-banyak introspeksi diri. Itulah kita disuruh datang cepat sholat jum’at ini, datang sebelum masuk waktu, sholat sunnat tahiyatul masjid, duduk merenung, berfikir, aku ini mau kemana? Yang ku cari di dunia ini apa? Sudah hidup di dunia ini berapa lama? Kalau mati hari ini yang ku bawa apa? Merenung dan berpikir, di hari yang lain kita terlalu sibuk, belum lagi selesai satu pekerjaan datang lagi pekerjaan yang lain. Semakin canggih HP semakin sibuk kita, sampai tak sempat untuk merasa, jangankan merasakan perasaan orang lain, merasakan perasaan kita sendiripun kita tak bisa. maka gunakanlah waktu yang singkat di hari Jum’at ini untuk merenung. Untuk mempertajam rasa.

 2.       Rajin2 datang untuk Takziah dan Tahniah

Susah melihat orang lain susah, maka kita datang takziah, tanda kita ikut berduka, ikut bersusah hati melihat saudara kita yang sedang ditimpa musibah.

Senang melihat orang lain senang, maka datang kita ucapkan tahniah, selamat, karena dia sedang mendapatkan nikmat, do’akan dia dengan tulus ikhlas. Tandanya kita ikut senang melihat dia senang.

 

3.       Banyak-banyak mendengarkan nasihat

Hati yang pandai merasa, berawal dari telinga yang mau mendengar, mata yang mau melihat. Maka banyak2lah mendengar pengajian, menghadiri majelis ilmu, supaya hati itu mudah merasa, mudah pula diisi dengan kebaikan. Jangan sampai tak datang sholat jum’at, jangan sampai tak ikut mendengarkan khutbah.

 

Maka pakailah telinga untuk mendengar, gunakan mata untuk melihat, dan hati untuk berpikir merenung. Karena kalau tidak, kata Allah:

لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا

Mereka punya hati tapi tidak dipakai untuk memahami (ayat-ayat Allah),.

وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا

Mereka punya mata tapi tidak digunakan untuk melihat i’tibar pelajaran

وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ

Mereka punya telinga tapi tidak digunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah)

أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ

Mereka itu seperti binatang ternak

Namun saudara-saudara ku, binatang itupun terkadang masih bisa juga diarahkan, bisa digiring ke kandang, ke tempat makannya, maka kata Allah:

 بَلْ هُمْ أَضَلُّ

Bahkan mereka lebih hina / lebih sesat lagi dari pada binatang. (QS. Al-A'raf 179)

Link Download PDF : Jangan Sampai Hati Mati

LInk Video YOUTUBE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN AWAL TAHUN BARU ISLAM 1447 H