Oleh : Azirwan Mustaqim, ST
Hadirin Jama’ah
Juma’at yang dimuliakan Allah swt...
Salah
satu nikmat terbesar setelah nikmat iman adalah nikmat waktu. Tapi Kesibukan
dunia telah melalaikan banyak manusia sehingga tidak sadar bahwa waktu terus
berjalan, hari berganti pekan, pekan berganti bulan dan bulanpun berganti
tahun. dan hari ini kita telah berada pada hari pertama bulan Muharram tahun
baru 1447 H. Begitulah cepatnya waktu berputar.
Namun dlm perputaran waktu ini Pernah kah kita berpikir,
Kenapa Alloh swt masih membiarkan kita hidup sampai hari ini? Pernahkah kita merenung,
apa tujuan Alloh masih membiarkan kita berjalan di atas muka bumi ini?
Sementara banyak orang yg sudah pergi meninggalkan dunia ini. Banyak orang2 yg
kita kenal, sahabat sebaya, keluarga handai taulan kita yg sudah pergi
meninggalkan dunia ini.
Sementara kita masih ada disini, pernahkah kita
berpikir dan bertanya dlm hati? Apa yg diinginkan Alloh dari kita?
Maka jawabannya disebutkan Alloh dalam Alqur’an surat Al Mulk:
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ
عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
“Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa
yang paling baik amalnya.
Jadi Alloh masih menghidupkan kita sampai hari
ini, sampai detik ini adalah utk menguji, apakah kita beramal soleh atau tidak.
Apakah kita beriman atau tidak.
Allah tak lihat siapa yang paling kaya di antara
kita, Allah tak menilai siapa yang paling tinggi jabatannya diantara kita,
Allah swt tidak meletakkan kemuliaan siapa yg paling panjang gelarnya di antara
kita.
Tapi yg Alloh liat siapa yg paling beriman dan paling
baik amalnya.
Oleh karena itu kalau Allah sampaikan usia kita
pada hari ini, bulan yang mulia ini, maka kita bersyukur kepada Alloh, kita buktikan
kepada Allah dengan amal terbaik yg bisa kita lakukan.
Apa amal terbaik di bulan Muahrram ini? dalam
hadits riwayat Imam Muslim Nabi Bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan
adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Maka perbanyak puasa sunnat terutama pada tanggal
9, 10, dan 11 Muharram. Kalau bisa puasa 3 hari itulah yg paling utama, kalau
tak bisa maka puasalah tgl 9 dan 10. Kalau tak bisa juga maka puasalah tgl 10
saja. 1 hari pun tak dapat, maka sungguh termasuk orang2 yg sangat merugi.
Karena betapa banyak orang2 di alam kubur sana yg
sangat ingin kembali kedunia ini untuk beramal soleh, ingin beribadah tapi
mereka tak lagi bisa. apa kata mereka?
رَبَّنَآ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا
اِنَّا مُوْقِنُوْنَ
Ya Tuhan kami, kami telah melihat
(hari Kiamat yang kami ingkari) dan mendengar (dari-Mu kebenaran ucapan
rasul-rasul-Mu). Maka, kembalikanlah kami , niscaya kami akan beramal saleh.
Sesungguhnya kami (sekarang) adalah orang-orang yang yakin. (QS. Sajadah 12)
Banyak orang2 yg saat
ini di alam kubur sana mereka hanya bisa meyesali segala perbuatannya selama
hidup di dunia, mau beramal tapi tak bisa lagi. sementara kita masih diizinkan Alloh berjalan di
atas muka bumi ini, masih diberi hidup oleh Alloh, masih diberi kesempatan dan
sehat oleh Allah. Maka jangan sia-siakan. Jangan tunggu sampai tiba giliran
kita baru kita juga ikut menyesal,
Jangan tunggu sampai saatnya tak bisa lagi beramal
baru kita ingin beramal, ketika sudah sakit baru ingin ke masjid, ketika sudah
sekarat baru mau taubat, maka hanya penyesalanlah yg akan ada.
Ketika sampai
masanya, dicabut nyawa oleh malaikat, maka ruh pun berpisah dari jasad. Datanglah
sahabat, kerabat untuk melayat, lalu bersiap mengantarkan kita masuk ke liang
lahat. Maka ketika itu kata Nabi,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ
“Yg akan mengantarkan mayat sampai ke
kubur ada 3”.
Yg pertama adalah أَهْلُهُ Keluarganya. Istri, Anak, menantu, cucu, sanak saudara, teman dan tetangga, semua ikut mengiringi mengantarkan kita.
Kemudian yg
kedua yg akan mengantarkan ke kubur yaitu: مَالُهُ
hartanya.
فَيَرْجِعُ اثْنَانِ
Tapi yang 2 ini
akan kembali pulang. keluarga akan kembali pulang. Secinta cintanya istri
kepada suami, suami kepada istri, sesayang2 sayangnya orang tua kepada anak,
anak kepada orang tua, tetap tak ada yg akan ikut masuk menemaninya di dlm
liang lahat itu. Maka keluarga akan pulang kembali ke rumahnya masing-masing.
Harta pun akan kembali, sebanyak apapun emas nya,
saldo rekeningnya, surat tanah, BPKB, pakaian indah dan mahalnya, satupun tak
ada yg dibawa, kecuali hanya 3 helai kain putih tak berjahit. Maka semua akan
kembali.
وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ
“namun ada Satu yg akan tetap bersamanya”..
Di dalam sempitnya liang kubur itu, dalam gelapnya liang lahat itu ada satu
yang akan tetap menemani. Yaitu عَمَلُهُ Amalnya.
Dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad, haditsnya panjang bercerita tentang
bagaimana keadaan orang di dalam kubur. Ternyata nanti amal kita itu akan
datang dalam sosok seorang laki-laki berwajah tampan, berpakaian bagus, harum
semerbak, lalu mengatakan, “Bergembiralah engkau, inilah hari yg telah
dijanjikan kepadamu, Aku adalah amal2 shalih mu dulu ketika di dunia, aku
datang untuk menemanimu sampai hari kiamat tiba”.
Itu kalau orang yg shalih banyak kebaikannya. Tapi bagi orang yang jahat,
banyak keburukannya. yang datang itu seorang laki-laki berwajah buruk,
berpakaian jelek, berbau busuk dan menjijikkan. Dia pun akan berkata “Celakalah
engkau, inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu, akulah amal2 buruk, dosa2
dan maksiat mu dulu ketika di dunia, aku datang untuk menemanimu sampai kiamat
tiba”.
Maka ketika itu orang akan berharap bisa pulang lagi kedunia untuk beramal.
Allah sebutkan dalam surat Mukminun ayat 99-100
حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ
ارْجِعُوْنِ
hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke
dunia)
لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ
Agar aku dapat mengerjakan amal2 saleh yang dulu aku
tinggalkan
Disitulah manusia itu baru tersadar, bahwa ternyata apa yg dia cari, apa yg dia kumpulkan mati-matian selama ini ternyata hanya akan tinggal, sementara amal soleh yg dia tinggalkan selama ini itulah yg akan menemani.
Maka Jangan sampai karena alasan mencari nafkah, mengumpulkan harta, sholat sampai tinggal, jangan sampai karena anak istri, ibadah dilalaikan. Selagi masih bisa beramal, beramallah sebanyak2nya. Selagi masih sehat bisa puasa sunnat, puasalah sebanyak2nya. Selagi masih bisa sholat berjama’ah ke masjid, maka datanglah. Selagi masih mampu sholat sunnat qobliyah ba’diyah, tahajjud dan dhuha, maka kerjakanlah. Selagi masih bisa melihat huruf Alqur’an maka bacalah.
Selagi
masih bisa membantu orang lain, masih bisa bersedekah,
sedekahlah. Jangan lagi kita tunda-tunda. Dunia ini kalau kita perturutkan tak
akan pernah ada habisnya, tak akan pernah ada cukupnya. Maka beramal itu harus
kita paksa2kan, harus kita sempat2kan,
Di hari dan bulan yang mulia ini, mari kita gunakan sejenak untuk merenung, “Waqfah Ma‘annafsih” (sejenak bersama jiwa). “Tafakkaru Sa’ah” (berpikir
sejenak), berpikir menggunakan akal yang diberikan Allah swt, berpikir
tentang nikmat2 Allah,
berpikir tentang dosa2 yang telah dilakukan, berpikir tentang tujuan hidup, berpikir
bagaimana kita akan melewati sakitnya sakratul maut, berpikir bagaimanakah
nasib kita nanti di alam kubur, berpikir bagaimana kita akan selamat di padang
mahsyar dan berpikir dimanakah tempat terakhir kita akan tinggal.
Ingat..!!! ketika Tahun berganti usia kita
bertambah, tapi jatah umur makin berkurang. Maka semakin dekat pula kepada
ajal.
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ
سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Setiap umat mempunyai ajal
(batas waktu). Jika ajalnya tiba, tak dapat ditunda sesaat pun dan
tak dapat (pula) dimajukan walau sesaatpun. (QS.
Al-A’raf 34)
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
“Hisablah dirimu sebelum kamu di hisab”
Hitung2 amalmu, timbang2 dosamu, ingat2
perbuatanmu, apakah selama ini lebih banyak berbuat dosa atau ibadah? Apakah
lebih banyak taat atau maksiat? Apakah lebih banyak bermanfaat atau berbuat
jahat? Hisablah dirimu sebelum Alloh yang menghisabnya.
Jadikan momen pergantian tahun ini sebagai momen
untuk memperbaiki diri. Tahun Baru Hijriyah berarti juga semangat baru, harapan
baru.
Mudah2an tahun 1447H ini akan lebih baik dari
tahun yg lalu. Lebih baik amalnya, lebih baik ibadahnya lebih baik rezekinya
dan kita selamat dari ujian hidup yg Alloh berikan.
Amin ya Robbal’alamiin...